Proyek konstruksi merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat tahapan- tahapan yang saling berkesinambungan dan tujuan akhirnya adalah berupa bangunan fisik. Dalam tahapan-tersebut, tender merupakan salah satu tahap penting dalam suatu proyek konstruksi yang dilakukan. Adanya kebutuhan pemilik proyek terhadap jasa sumber daya, maka dipenuhi dengan cara membeli. Muncullah suatu pemikiran bagaimana cara pengadaaan sumber daya tersebut secara efektif. Sumber daya tersebut kemudian disebut sebagai kontraktor. Maka dapat dikatakan bahwa tender bertujuan untuk memperoleh jasa kontraktor yang akan menyelesaikan suatu proyek konstruksi di dalam manajemen proyek.
Masalah mendasar yang dihadapi oleh kontraktor adalah kemampuannya dalam proses penawaran. Dalam proses penawaran, kontraktor harus memperkirakan dan mengajukan biaya yang tidak terlalu tinggi agar dapat bersaing dengan kontraktor lain dan juga mendapatkan keuntungan yang maksimum dan dengan tujuan akhir yaitu untuk memenangkan proyek. Untuk pertimbangan harga penawaran, pemilik proyek tentunya akan memilih harga terendah yang muncul dari kontraktor tersebut. Penetapan harga penawaran ditentukan oleh berbagai pertimbangan dan kadang hanya berdasarkan naluri bisnis. Hal ini sangat menentukan besar kecilnya keuntungan dan probabilitas memenangkan proyek. Menyadari pentingnya penawaran tersebut, maka diupayakan suatu cara atau strategi yang berfungsi sebagai media pencapaian yang disebut dengan markup. Penentuan markup oleh kontraktor merupakan salah satu strategi yang sering dipakai untuk merancang dan membuat biaya penawaran optimal. Strategi penawaran bagi suatu perusahaan bergantung pada tujuan perusahaan yang di antaranya adalah memaksimumkan keuntungan. Biaya penawaran memiliki 2 (dua) komponen besar yaitu biaya seluruh pekerjaan (biaya langsung) dan biaya tambahan (markup). Markup sering juga disebut sebagai biaya tak langsung di dalam manajemen proyek.
Dalam estimasi biaya proyek, kontraktor akan memanfaatkan strategi markup. Markup berfungsi sebagai biaya tambahan untuk menutupi biaya overhead dan mengatasi segala hal yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, serta sebagai sumber keuntungan. Markup merupakan selisih antara harga penawaran dengan estimasi biaya pekerjaan. Berdasarkan uraian singkat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa markup merupakan faktor yang sangat mempengaruhi biaya penawaran. Oleh karena itu, tinggi rendahnya markup akan sangat menentukan besar kecilnya biaya penawaran yang diajukan kontraktor di dalam manajemen proyek.
Dengan melihat uraian di atas, maka secara garis besar komponen rencana anggaran biaya penawaran dapat digambarkan sebagai berikut :
Komponen biaya penawaran |
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa negara dan melakukan perbandingan maka telah diperhitungkan batas maksimum nilai mark up dari nilai suatu proyek. Mark up dikatakan sukses jika nilainya maksimum atau tertinggi. Berdasarkan perkembangan konstruksi di dunia pada umumnya, maka dilakukan penelitian dalam dunia pekerjaan konstruksi khususnya terhadap biaya yang ditawarkan maka di tentukan 4 (empat) ukuran dan tingkatan mark up yaitu : low (rendah), medium (sedang), medium-high (cukup tinggi) dan high (tinggi). Low mark up diperhitungkan sebesar ± 4 %, medium mark up diperhitungkan sebesar ± 6 %, medium-high mark up diperhitungkan sebesar ± 8 % dan high mark up diperhitungkan ≥ 10 %. Namun, yang dikatakan sebagai mark up sukses adalah mark up yang dilakukan seoptimum mungkin. Dengan mempertimbangkan keadaan tersebut, maka dilakukan suatu studi oleh para estimator sehingga memperoleh batas rata-rata mark up sebesar ± 5 % di dalam manajemen proyek.
Dalam menentukan harga penawaran biasanya harga satuan bahan sudah di tambahkan dengan nilai nominal tertentu yang besarnya juga tergantung pertimbangan cost estimator. Sedangkan untuk harga satuan upah dan alat ditetapkan berdasarkan peraturan dari perusahaan itu sendiri. Nilai nominal tertentu di atas tersebut yang dinamakan mark up. Namun perlu diketahui sekali lagi bahwa mark up ini dilakukan untuk menutupi biaya tetap perusahaan dan di- harapkan dapat menutupi risiko-risiko yang tidak bisa diprediksi sebelumnya di dalam manajemen proyek.
Pada kenyataannya bahwa dalam menaksir biaya penawaran, kontraktor sedapat mungkin ingin menghindari segala risiko yang mungkin saja terjadi. Namun, hal itu tidak mungkin bisa diatasi dengan mudah karena berhadapan dengan keadaan dunia perekonomian dan perdagangan yang selalu mengalami perubahan. Banyak faktor baik dari dalam maupun dari luar perusahaan yang mungkin saja menjadi kendala bagi kontraktor untuk menentukan besarnya biaya penawaran dan juga dalam menentukan keputusan untuk pemberlakuan mark up atau tidak dan apabila dilakukan mark up, kontraktor harus dapat memperkirakan berapa besar mark up tersebut. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi mark up yang tentunya mempengaruhi besar kecilnya biaya penawaran dan kesempatan untuk memenangkan tender tersebutdi dalam manajemen proyek .
a. Faktor utama
1. Fluktuasi dollar yang tidak menentu
Pengaruh mata uang asing dalam perekonomian sangat signifikan. Adanya perubahan naik turun mata uang asing terhadap nilai rupiah berdampak terhadap harga bahan-bahan kebutuhan masyarakat, mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan papan. Ketidakstabilan nilai tukar dolar terhadap rupiah ini menjadi masalah dalam setiap kegiatan pasar dan perdagangan. Dalam upaya penyediaan dana konstruksi dan pelaksanaannya juga di- pengaruhi oleh hal tersebut di dalam manajemen proyek.
Pengaruh ketidakstabilan nilai tukar dapat berpengaruh mulai dari awal proses penawaran pelaksanaan konstruksi khususnya dalam pembuatan RAB (Rencana anggaran biaya) sampai pada proses pelaksanaannya. Pada kenyataannya hal ini biasanya berpengaruh terhadap harga bahan/material dan harga peralatan baik yang dibeli ataupun disewa. Pengaruh besar yang nampak dan teraplikasi, contohnya adalah pada pekerjaan struktur beton yaitu terhadap harga besi yang merupakan salah satu bahan/material utama yang selalu berubah-ubah harganya. Oleh karena itu, dalam rencana anggaran biaya pada proyek ini khusus pada harga satuan bahan besi dan satuan harga satuan pekerjaan yang menggunakan besi tulangan dilakukan mark up. Begitu juga dengan harga bahan-bahan seperti semen, pasir, ubin, barang-barang elektronik, genteng, cat, barang-barang untuk kebutuhan pekerjaan plumbing dan sanitair dan lain-lain tetap dipengaruhi oleh fluktuasi dolar yang walaupun kenaikannya tidak terlalu besar dan signifikan. Namun tetap ada pengaruhnya walaupun kecil dan kesemuanya itu perlu diperhatikan supaya apabila terjadi sesuatu risiko nanti, maka setidaknya sudah mempunyai persiapan sebelumnya untuk membantu mengatasi di dalam manajemen proyek.
Hal yang sama terjadi dan berpengaruh pula pada harga bahan/material elektronika. Pemberlakuan mark up pada bagian ini disebabkan karena adanya pengadaan material elektronik yang secara bertahap dan adanya kebutuhan tambahan yang nantinya akan dipergunakan. Biaya untuk pengadaan peralatan juga ikut dipengaruhi oleh hal di atas. Pengadaan alat pada suatu proyek konstruksi sering dilakukan dengan cara menyewa atau membeli. Apabila dilakukan pembelian alat, maka harga pasaran sangat dipengaruhi oleh fluktuasi dolar tersebut di dalam manajemen proyek.
2. Lokasi
Faktor tempat/lokasi merupakan salah satu kendala sekaligus sebagai tantangan dalam kelangsungan dan kelancaran suatu proyek konstruksi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap mobilitas bahan/material, tenaga buruh, peralatan dan lain sebagainya. Yang dihadapi oleh proyek ini adalah letak lokasi proyek yang cukup jauh dari daerah perkotaan dan jauh dari tempat suplier bahan/ material sehingga perusahaan ini mengalami kesulitan dalam mobilitasnya. Kontraktor melihat kondisi dan letak proyek sebagai suatu hal yang harus diperhatikan dan perlu dicari solusi. Hal ini bertujuan sekedar sebagai suatu bentuk persiapan darurat siap pakai jika pada suatu saat nanti terjadi risiko yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, dilakukan mark up untuk menangani dan mengatasi masalah transportasi yang mungkin terjadi karena pertimbangan keadaan lokasi tersebut. Selain itu juga karena mempertimbangkan jalur transportasi melalui daerah cukup sulit dan rumit untuk mencapai lokasi proyek sehingga perlu diperhatikan faktor kesulitan mencapai lokasi di dalam manajemen proyek.
3. Waktu
Dalam suatu perencanaan pembangunan, ada banyak hal yang saling mempengaruhi dan saling bergantung satu sama lain. Selalu dalam suatu perencanaan, butuh suatu target yang akan dicapai dalam jangka pendek atau jangka panjang. Kesemuanya itu merupakan suatu bagian dari suatu perencanaan yang baik. Untuk mencapai target tersebut, maka kita membutuhkan sesuatu yang disebut waktu. Untuk kasus pelaksanaan suatu proyek, biasanya telah ditentukan sejak awal waktu pelaksanaan sampai penyelesaian proyek tersebut sehingga dapat terlaksana dengan baik. Seperti halnya untuk bidang-bidang lainpun, perlu suatu target yang ingin dicapai secara bertahap seiring berjalannya waktu. Namun perlu disadari bahwa, perencanaan yang telah dilakukan sejak awal harus disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan yang terjadi di lingkungan sekitar. Kondisi dan keadaan lingkungan sangat mendukung dan mempengaruhi suatu pekerjaan dan secara khusus mempengaruhi waktu pelaksanaan suatu proyek. Terlepas dari semuanya itu, maka harus dilihat kembali pada tujuan awal yaitu dapat menyelesaikan suatu proyek pembangunan sesuai target yang diinginkan dan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan awal dengan sempurna, maka dibutuhkan dukungan dari hal-hal yang saling mempengaruhi di dalam manajemen proyek.
Dalam pelaksanaan proyek, total waktu yang telah ditentukan biasanya disesuaikan dengan banyaknya pekerjaan yang akan dilakukan selama proyek berlangsung. Tapi kadang-kadang yang terjadi adalah, seringkali pemilik proyek menghendaki agar proyeknya dapat terselesaikan dengan lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan. Hal ini menjadi dilema bagi kontraktor untuk memikirkan bagaimana caranya memaksimalkan segala sesuatu untuk mewujudkan harapan tersebut baik dari segi biaya, tenaga, peralatan, dan lain sebagainya. Namun, yang paling berpengaruh adalah masalah biaya yang membutuhkan penambahan-penambahan khusus dalam jumlah tertentu. Hal ini bertujuan agar dapat memaksimalkan yang lainnya. Di samping itu, tujuan lainnya yaitu untuk meraih sedikit keuntungan dari yang ditambahkan di dalam manajemen proyek.
Yang terjadi pada proyek ini adalah adanya permintaan dari pemilik proyek akan kebutuhan tempat pekerjaan karena begitu besarnya perhatian pemerintah terhadap keadaan hutan dan alam. Sehingga harus membuat perencanaan yang lebih teliti dari pihak kontraktor, pemilik proyek dan pihak-pihak lain yang terkait. agar tidak aada pekerjaan yang terlupakan Perencanaan tersebut termasuk di dalamnya adalah perencanaan biaya, pembuatan penjadwalan kerja, dan hal-hal lainnya. Berdasarkan keadaan waktu tersebut, maka wajar saja jika dilakukan mark up pada biaya penawaran oleh kontraktor karena memperhatikan dan mempertimbangkan faktor waktu di dalam manajemen proyek.
4. Faktor keamanan
Untuk melaksanakan dan menyelesaikan proyek, perlu suatu kondisi yang kondusif dan menjamin. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kondisi yang aman dan terkendali secara khusus di lingkungan sekitar tempat pekerjaan. Oleh karena itu keamanan merupakan faktor yang sangat penting sehingga perlu diperhatikan dalam kelangsungan dan berjalannya suatu proyek. Karena begitu sangat penting itulah, umumnya pada setiap proyek kontraktor memasukkan faktor keamanan dengan mempertimbangkan kondisi tempat proyek atau lokasi proyek yang terletak di daerah yang rawan terjadinya kehilangan aset-aset dan bahan/material di proyek karena berada di daerah pemukiman masyarakat yang . Salah satu hal yang memperkuat kontraktor adalah pengalaman-pengalaman yang terjadi di masa lampau yang membawa kerugian, dan mengharapkan agar hal yang sama tidak terjadi lagi di dalam manajemen proyek.
b. Faktor pendukung
1. Kelangkaan material/bahan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dilakukan mark up selain mendapatkan keuntungan adalah untuk menutupi segala risiko dan biaya overhead serta sebagai suatu persiapan yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi hal-hal atau kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin saja tidak terjadi sekarang tetapi terjadi di waktu yang akan datang. Dengan memperhatikan kondisi dan perkembangan tingkat persediaan material atau bahan konstruksi di masyarakat dan pasaran, maka kontraktor merasa perlu untuk mempersiapkan solusi sebelumnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kelangkaan material. Oleh karena itu, kondisi pasaran dan persediaannya sangat mempengaruhi ketersediaan suatu barang. Pada proyek ini, kontraktor mengasumsikan kemungkinan terjadinya kelangkaan material atau bahan konstruksi seperti pasir dan semen dengan merk atau jenis tertentu yang mungkin saja terjadi. Kedua bahan tersebut sangat penting dan merupakan bahan atau unsur utama dalam pekerjaan plesteran dan pekerjaan beton. Sehingga harus dipikirkan jenis lain untuk mengganti sebagai material atau bahan pengganti tetapi masih dalam bentuk dan kegunaan serta kualitas yang sama dengan barang yang pernah digunakan di dalam manajemen proyek.
2. Biaya overhead yang tidak menentu
Salah satu hal yang menjadi perhatian juga adalah ketidaktentuan besarnya biaya overhead yang akan ditanggung oleh kontraktor. Adanya perkembangan dan perubahan kondisi perekonomian dan harga barang dan jasa bisa mempengaruhi sebagian dari biaya penawaran. Kebutuhan barang dan jasa seperti listrik, telepon dan bahan bakar merupakan hal penting terhadap berjalannya suatu proyek. Apalagi karena setiap pekerjaan di lapangan membutuhkan peran barang dan jasa seperti di atas dengan tingkat yang cukup besar. Karena pentingnya kebutuhan barang dan jasa tersebut, maka perlu perlu perhatian yang khusus juga di dalam manajemen proyek. Yang menjadi pertimbangan dan perhatian kontraktor pada proyek ini adalah adanya isu tentang kenaikkan tarif dasar listrik (TDL) dan kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mungkin saja kenaikkannya sangat besar dan berpengaruh terhadap biaya penawaran. Kontraktor memikirkan bahwa dengan adanya kenaikkan tersebut, maka mungkin saja akan menghasilkan biaya pakai yang lebih besar dan lebih tinggi dari yang direncanakan dengan memperhatikan tingkat kebutuhan bahan-bahan tersebut yang akan terjadi selama proyek dilaksanakan. Dengan adanya kenaikkan tersebut, akan berpengaruh pada besar kecilnya nilai atau biaya overhead pada proyek tersebut di dalam manajemen proyek. Biaya overhead ini merupakan bagian dari biaya penawaran dan cukup mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh kontraktor. Dengan demikian akan terlihat hubungan antara kondisi lamanya waktu pekerjaan di proyek dengan besarnya kebutuhan di proyek. Untuk mencegah hal itu, maka kontraktor memikirkan untuk melakukan mark up pada biaya penawaran sebagai satu cara atau solusi yang cukup baik untuk dilakukan di dalam manajemen proyek.
Banyak hal-hal kecil yang mungkin saja bisa menghasilkan dampak yang besar dan mengakibatkan yang buruk pada kelancaran pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Faktor luar lainnya seperti keadaan cuaca, hari libur nasional dan lain sebagainya. Semakin besar mark up yang dilakukan akan mempengaruhi besarnya keuntungan yang dapat di peroleh kontraktor di dalam manajemen proyek.
0 komentar:
Posting Komentar